Detail Artikel Mahasiswa

  • home
  • Detail Artikel Mahasiswa

Himasiera Breaking News

 

Dugaan Kecurangan Pemilu Memanas di Masyarakat: Pemilu Diragukan?

Bogor, 18 Februari 2024 - Indonesia, negara demokratis terbesar di dunia, telah menyambut pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Sejalan dengan adanya Pemilihan Umum 2024, kpu.go.id mengatakan “Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih”. Setelah dilakukannya Pemilihan Umum tersebut, saat ini lebih dari 204 juta penduduk Indonesia telah memberikan hak suaranya pada Pemilihan Umum yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari kemarin. 

(Sumber: https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih)

Pemilu kali ini menandai momen penting dalam sejarah politik Indonesia. Berbagai partai politik bersaing sengit untuk memenangkan hati dan suara dari jutaan pemilih. Para calon presiden dan anggota legislatif berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan menawarkan visi, program, dan solusi bagi berbagai isu yang dihadapi negara. 

Saat ini, berbagai media sosial mengungkap adanya kecurangan yang terjadi pada saat proses penghitungan suara usai dilakukan. Dugaan kecurangan tersebut menjadi sorotan utama di berbagai platform media sosial. Salah satu platform media sosial yang menyoroti kecurangan tersebut adalah X atau dikenal dengan nama lain Twitter. X menjadi ajang utama bagi warganet untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap dugaan kecurangan pemilu.

Berbagai tudingan mulai muncul dan menciptakan gelombang diskusi yang intens di antara warganet. Para pengguna X dengan cepat membagikan informasi, foto, dan video yang mereka klaim sebagai bukti-bukti kecurangan dalam proses pemilihan umum. Postingan tersebut berisi kecurangan dengan bukti seperti, surat suara yang telah dicoblos, surat suara yang hilang dan rusak, kotak suara yang tidak disegel, dan adanya perbedaan jumlah suara saat perhitungan suara dan hasil akhir.

Salah satu tudingan utama mencakup manipulasi suara dan ketidaktransparanan dalam perhitungan hasil pemilu diunggah melalui beberapa akun di media sosial. @sate_embek , salah satu pengguna X mendapat sorotan karena unggahannya yang berisi kecurangan terhadap hasil akhir suara pemilu dengan mendapatkan perhatian publik dengan 516 ribu jumlah tayangan, 13 ribu suka dan 272 kutipan.

“Ternyata kecurangan itu nyata adanya.. ini di komplek teman sekolah anakku

02 : 62 suara Hasil scan di sirekap bisa gendut jadi 900an Innalillahi…”

(Sumber: https://twitter.com/sate_embek/status/1757789261053788406?t=BqgEAQPmMP-5cK5l1-0_dw&s=19)

Pada unggahan tersebut juga terdapat sebuah video yang menampilkan perbedaan signifikan antara jumlah suara yang masuk dalam pemilu dan hasil akhir. Perbedaan tersebut akhirnya menjadi bahan pembicaraan utama di Twitter. Warganet juga saling berbagi informasi dan mendiskusikan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi situasi ini.

Selain unggahan terkait ketidaktransparan data pada hasil akhir pemilu, @mapedos01 juga mengunggah sebuah postingan terkait bukti banyaknya kertas pemilu yang telah tercoblos. postingan ini ramai di X dengan jumlah penonton mencapai 1 juta tayangan, 20 ribu suka, dan 1,4 ribu kutipan.

“Sejauh ini ini kecurangan pemilu paling exstream! Ngeri cuy!”

(Sumber: https://twitter.com/mapedos01/status/1757689697776857299?t=_ijaPHevMAGhLvNxic0Tbg&s=19)

Terkait dengan dugaan kecurangan ini, berbagai reaksi bermunculan di kalangan masyarakat. Sebagian besar dari mereka menyatakan ketidakpuasan dan mempertanyakan integritas proses pemilu. Sejumlah tokoh masyarakat, termasuk influencer dan aktivis juga turut memberikan tanggapannya melalui unggahan di media sosial. Mereka menyerukan agar lembaga pemilihan segera melakukan audit dan menyelidiki dugaan kecurangan ini untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemilihan.

Saat ini sejumlah pihak menuntut respons yang lebih tegas untuk memastikan keadilan dalam proses pemilihan. Sementara itu, lembaga pemilihan mengajak masyarakat untuk tidak berspekulasi tanpa bukti kuat dan memberikan kesempatan bagi lembaga tersebut untuk melakukan tugasnya. Berdasarkan paparan dari BBC News Indonesia, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang diketuai oleh Rahmat Bagja mengatakan bahwa sejauh ini mereka belum menemukan kecurangan pemilu secara terstruktur, sistematis, dan masif. Menurut penuturannya dalam konferensi pers, ketika bukti berhasil dikumpulkan, Bawaslu akan menyelidiki bukti tersebut dan menindaklanjuti selama 14 hari ke tahap penyelidikan.

(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cv2l1dyn8r4o)

Saat ini, masyarakat diharapkan untuk tetap tenang dan memberikan dukungan terhadap proses investigasi yang sedang berlangsung. Dalam situasi seperti ini, transparansi dan partisipasi aktif dari warganet diharapkan dapat menjadi kunci untuk menemukan kebenaran dan menjaga integritas demokrasi. Partisipasi tersebut dibutuhkan agar terciptanya titik terang terkait hasil pemilu yang ramai diperbincangkan saat ini, apakah pada hasil tersebut memang terdapat kecurangan ataukah hanya dugaan?

 

Penulis: Dara Khaerunnisa
Editor: Diana Rahmawati Pinandita
Penanggung jawab: Eratri Rizki Hermaliah